Kamis, 31 Juli 2014

Cara Mengembalikan File Yang Sudah Terhapus di Recycle Bin

Pada kesempatan kali ini saya akan memberikan tutor yang sangat bermanfaat bagi kalian yang sedang bingung bagaimana cara mengembalikan file yang sudah terhapus di Recycle Bin. Jika kamu menghapus file, maka file akan tersimpan di Recycle Bin. Logikanya jika kamu menghapus semua file dalam Recycle Bin, maka file akan terhapus secara permanen dan tidak bisa dikembalikan lagi. Sangat disayangkan jika file yang terhapus itu adalah file yang sangat besar, dan penting.

Tapi jangan khawatir karena ada beberapa software yang bisa mengembalikan file-file yang sudah terhapus. Kalian bisa mengembalikan file dan jenis apapun, yang sudah terhapus. Disini, saya sudah mengumpulkan beberapa jenis software yang bisa digunakan sebagai file recovery yaitu :


1. Orion File Recovery




 
Software ini gratis. Orion bisa mencari file di tempat manapun. Kalian juga bisa mencari file yang terhapus pada flashdisk, harddisk external, dan tempat penyimpanan lainnya. Orion juga bisa mengembalikan file tipe apapun. Mau itu gambar, dokumen, lagu, video, dan lain-lain. Orion juga bisa melakukan Deep Scan, yaitu scan secara mendalam, hingga kemungkinan menjadi lama tetapi menghasilkan file yang sangat banyak 
Didalam Orion terdapat 2 tipe yaitu Recover yang berfungsi mengembalikan file yang sudah terhapus, dan  Scrub yang berfungsi menghapus secara permanen file yang terhapus sehingga tidak dapat di Recover kembali.

Download Orion File Recovery




2. Recuva




Dari nama software ini, agak mirip dengan nama recove. Jadi, Recuva adalah software yang dapat digunakan untuk mengembalikan file yang terhapus. Recuva sendiri sudah banyak orang yang memakai Recuva. Recuva ini juga memiliki versi berbayar dan versi gratis. Recuva juga cocok digunakan di Windows XP, Vista, 7, dan 8.


Download Recuva


3. Auslogics File Recovery

 
Nah, satu software ini juga bagus. Kamu dapat mencari file menurut ciri-ciri dan kriteria dari file yang kamu mau kembalikan. Auslogics File Recovery ini sebenarnya adalah software berbayar. Tapi juga ada yang versi free. Saya juga tidak tahu perbedaan antara yang berbayar dengan yang free. Yang pastinya, bosa mengembalikan file. Saya sudah pernah mencoba software ini, dan bekerja sangat bagus. Tapi, Auslogics File Recovery cocok digunakan di Windows 7, Vista, XP, dan 8. 


Download Auslogics File Recovery








Baiklah mungkin ini saja yang saya tahu dan saya dapat bagikan kepada kalian.
Semoga bermanfaat dan sebarkanlah kepada yang membutuhkan :)
























Jumat, 07 Maret 2014

Radiofarmaka

RADIOFARMAKA

Radiofarmaka merupakan sediaan farmasi dalam bentuk senyawa kimia yang mengandung radioisotop yang diberikan pada kegiatan kedokteran nuklir. Sediaan radiofarmaka pada umumnya terdiri dari 2 komponen yaitu radioisotop dan bahan pembawa menuju ke organ target. Pancaran radiasi dari radioisotop pada organ target itulah yang akan dicacah oleh detector (gamma kamera) untuk direkostruksi menjadi citra ataupun grafik intensitas radiasi.. 

Syarat senyawa radioaktif untuk tujuan diagnosa adalah 1) murni satu nuklida saja, 2) murni secara radiokimia, 3) Pemancar sinar-gamma energi tunggal yang besarnya berkisar antara 100-400 KeV , 4) stabil dalam bentuk senyawa , 5) Waktu paruh biologis pendek. Beberapa contoh sediaan radiofarmaka antara lain : Brom Sufatein I-131 (BSP), Hipuran I-131, Radio Iodinated Human Serum Albumin (RIHSA), Rose Bengal I-131, Tc-99m dalam bentuk senyawa Natrium Perteknetat, Thalium -201, Galium-68. Beberapa contoh radiofarmaka untuk terapi : I-131, Bi-212, Y-90, Cu-67, Pd-109. Radiofarmaka yang banyak dipakai untuk keperluan in-vitro test adalah I-125. 

Produksi sediaan radiofarmaka dapat diklasifikasikan menjadi 4 :
1. Radioisotop primer medical yaitu radioisotop dalam bentuk kimia yang sederhana (biasanya an-organik). Diproduksi dengan cara mengiradiasi atom sasaran dalam reaktor nuklir atau dalam siklotron.
2. Senyawa bertanda medikal yaitu senyawa yang salh satu atau lebih dari atom atau gugusnya digantikan dengan atom unsur radioisotop
3. Generator radioisotop ; untuk mendapatkan radioisotop umur pendek pada lokasi yang jauh dari tempat produksi radioisotop terutama bagi rumah-sakit yang tidak memiliki fasilitas reaktor nuklir maka diciptakanlah generator radioisotop. Generator radioisotop adalah suatu sistem yang terdiri dua macam radioisotop yaitu radioisotop induk induk dan radioisotop anak yang keduanya membentuk pasangan kesetimbangan radioaktif. Radioisotop induk memiliki waktu paruh yang lebih panjang daripada waktu paruh radioisotop anak. Radioisotop anak digunakan untuk keprluan diagnostik maupun terapi.
4. Kit Radiofarmaka ; adalah sediaan non-radioaktif yang terdiri dari beberapa senyawa kimia yang akan ditandai dengan radioisotop untuk menjadi sediaan radiofarmaka. Radioisotop yang paling banyak digunakan adalah Technitium -99m (Tc-99m) karena punya beberapa kelebihan, yaitu :
- Waktu Paruh pendek (6,03 jam)
- Memancarkan gamma murni dengan energi 140 kev
- Mempunyai tingkat valensi 1 sampai 7 sehingga mudah bereaksi dengan senyawa lain.
- Dapat diperoleh dengan cara elusi generator radioisotop.
Oleh kerena itu sediaan radiofarmaka yang berkembang sampai saat ini adalah 
sediaan radiofarmaka Technitium yang disiapkan dalam bentuk kit radiofarmaka, 
sedangakan Tc-99m dapat diperoleh dengan elusi generator.

Mekanisme penempatan radiofarmaka dalam tubuh adalah :
1. Active transport : Secara aktif sel-sel organ tubuh, memindahkan radiofarmaka dari darah ke dalam organ tertentu, selanjutnya mengikuti proses metabolisme atau dikeluarkan dari tubuh. Contoh : I-131 akan ditransfer ke sel-sel thyroid untuk pembuatan T3 dan T4, Tc-99m IDA dan I-131 Rose Bengal oleh sel poligonal hati ditransfer dari darah kemudian diekskresi ke usus halus, lewat saluran empedu, I-131 Hippuran diekskresi oleh tubulus sehingga dapat untuk pemeriksaan ginjal.
2. Phogocytosis : Beberapa Radionuklida seperti Tc-99m, In-113m atau Au-198 jika diikat oleh pembawa materi berbentuk”koloid” maka radiofarmaka ini akab difagosit oleh RES tubuh. Bila radiofarmaka ini disuntikkan secara Intra Vena maka dapat memeriksa scanning liver, limpa, dan sumsum tulang, jika disuntikkan secara subcutan untuk memeriksa kelenjar getah bening.
3. Cell Sequestration (pengasingan sel) : Sel darah merah yang ditandai Cr-51 dan dipanaskan 50 derajat celcius selama 1 menit, lalu dimasukkan ke tubuh penderita secara intravena maka akan diasingkan ke limpa untuk pemeriksaan scanning limpa.
4. Capillary Blockage (Penghalang Kapiler) : Bila pembawa materi berbentuk makrokoloid (dengan ukuran 20-30 mikron) dan disuntikkan secara intravena maka akan menjadi penghalang kapiler di paru-paru. Contoh ; Tc-99m MAA untuk scanning perfusi hati
5. Simple or Exchanged Diffusion (pertukaran difus) : Radiofarmaka tersebut akan saling bertukar tempat dengan senyawa yang sama dari organ tubuh, contoh ; Polifosfat bertanda Tc-99m (Tc-99m MDP) akan bertukar tempat dengan senyawa polifosfat tulang dan dalam jangka 2-4 jam Tc-99m MDP akan merata dalam tulang, pemeriksaan untuk mendeteksi lesi otak denagn RIHSA dan cairan interselluler otak.
6. Compartmental Localization (kompartemental) : Bila radiofarmaka dapat menggambarkan blood pool karena keberadaannya yang cukup lama dalam darah maka ikatan ini dapat dipakai untuk scanning jantung dan plasenta (ventrikulografi dan placentografi). Contoh ; RIHSA untuk pemeriksaan plasenta, Cr-51 eritrosit, Tc-99m Sn eritrosit untuk ventrikulografi jantung.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih radiofarmaka uantuk pemeriksaan adalah :
1. Jenis peluruhan radiasi ; Untuk keperluan pemeriksaan eksternal in vivo, sinar-gamma dengan energi 100-500 kev sangat ideal. Karena radiasi dengan energi lebih besar 500 kev akan mampu menembus pelindung dan sekat-sekat pada kolimator sehingga terjadi penurunan spatial resolution. Juga dengan energi sangat kecil (lebih kecil 20 kev) banyak penyerapan foton oleh jaringan sebelum mencapai detektor. Dengan demikian sinar gamma murni tanpa radiasi partikel yang dibutuhkan untuk diagnostik kedokteran nuklir.
2. Waktu Paruh : meliputi waktu paruh fisik yaitu waktu yang diperlukan zat radioaktif untuk mencapai kativitas setngah dari aktivitas mula-mula, waktu paruh biologis yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan setengah radionuklida murni dari suatu organ tubuh serta waktu paruh efektif yaitu waktu yang diperlukan setengah zat yang telah dimasukkan ke dalam tubuh.
3. Biological Behaviour : Menyangkut perlakuan organ tubuh terhadap radiofarmaka tersebut., sehingga penting untuk menentukan paparan radiasi dari suatu organ atau untuk mendapatkan hasil interpretasi. Juga dengan menetahui biological behaviuor kita dapat memperkirakan eskresi suatu radiofarmaka.]
4. Aktifitas tertentu (The specific activity) : Bagian radiofarmaka yang berperan memberikan foton yang penting untuk pendeteksian. Sebab dalam suatu materi dapat ditemui bagian yang bersifat non-radioaktif yang dapat merugikan.
5. Jenis Instrument : Berbagai jenis peralatan kedokteran nuklir sengaja didesain hanaya untuk radioisotop yang memiliki enrgi tertentu.

Deteksi radioisotop dapat dibagi dalam 5 kategori :
1. Delution, absoption dan excretion sudies : Bila penderita disuntikkan sejumlah radiofarmaka yang telah diketahui jumlahnya, maka delution yang terjadi atau prosentase absorsi atau kapan dieskresi dapat ditentukan melalui sampel darah, urin, feses dan lain-lain.
2. Concentration sudies : bila suatu radiofarmaka diberikan pada seorang pasien kemudian diukur berapa persen yang ditangkap suatu organ, misal Thyroid Up-take.
3. Dinamic function study : Suatu radiofarmaka dipelajari saat mencapai atau meninggalakan suatu organ. Misal ; pada pemeriksaan cerebral blood flow, renogram.
4. Organ system atau pool Visualization : Setalah radiofarmaka dimasukkan ke dalam tubuh pasien maka distribusinya akan tersaji dalam bentuk gambar. Misalnya pada pemeriksaan scanning otak, cardiac blood pool , Bone scan.
5. In vitro test
6. Radiofarmaka dicampur dengan sampel penderita, misalnya pada pemeriksaan T3 x T4.

Ada 2 macam gambaran yang diperoleh dari hasil scanning :
1. Hot area, artinya daerah abnormal yang menunjukkan kenaikan up take (distribusi yang berlebihan) radiofarmaka. Contoh ; bone scanning dan brain scanning.
2. Pada keadaan dimana radiofarmaka diikat oleh organ tubuh yang normal sehingga pada keadaan abnormal timbul penurunan aktivitas atau cold area. Contoh : scanning liver, thyroid. 

Sabtu, 01 Maret 2014

Sejarah Ultrasonografi (USG)

Sejarah Ultrasonografi (USG)


      USG adalah pemeriksaan dengan gelombang suara frekuensi tinggi lebih dari pendengaran manusia sehingga tidak dapat di dengar sama sekali (Aswar Boer, 2006).  Suara yang dapat di dengar oleh manusia di sebut audiosonic yang mempunyai frekuensi 20-20.000 Hz.Pemeriksaan USG menggunakan gelombang suara berfrekuensi 1-10 MHz.bahkan teknologi terkini sudah ada penggunaan frekuensi sampai 16 MHz.Gelombang suara itu berasal dari kristal-kristal yang berada pada sebuah alat yang di sebut transduser.USG merupakan miodalitas pencitraan diagnostik yang memanfaatkan gelombang suara untuk menghasilkan gambar suatu objek atau organ dalam tubuh manusia.USG dapat digunakan untuk memeriksa organ tubuh manusia kecuali organ yang berisi udara atau tulang.USG pertama kali digunakan untuk radar, yaitu teknik SONAR ( Sound, Navigation and Ranging) oleh Langevin (1918), seorang Perancis, pada waktu perang dunia ke I, untuk mengetahui adanya kapal selam musuh. Kemudian digunakan dalam pelayaran untukmenentukan kedalaman laut.Menjelang perang dunia ke II (1937), teknik ini digunakan pertama kali untuk pemeriksaan jaringan tubuh, tetapi hasilnya belum memuaskan.

        Berkat kemampuan dan kemajuan teknologi yang pesat, setelah perang dunia keII, USG berhasil digunakan untuk pemeriksaan alat-alat tubuh.Hoery dan Bliss pada tahun 1952, telah melakukan pemeriksaan USG pada beberapa organ, misalnya pada hati dan ginjal.Sekarang USG merupakan alat praktis dengan pemeriksaan klinis yang luas.Dan kemudian, sejarah alat USG dimulai akhir tahun 1970an. Generasi awal alat USG ini masih sangat tidak praktis, dikarenakan alat ini memiliki ukuran sebesar lemari es 2 pintu. Selain itu, teknologi fisika juga masih “kuno”, tetapi perkembangan ilmu pengetahuan demikian pesat sampai dalam kurun 2 dekade saja sudah telah ada teknologi yang ditambahkan dan dikembangkan.

   Sebelumnya, pada tahun 1880, Pierre Curie dan Jacques Curie dari Perancis menemukan efekpiezo-listrik.Mereka menemukan bahwa USG bisa menghasilkan dan diterima dalam frekuensi megahertz.Sistem deteksi sonarpertama kali diciptakan untuk eksplorasi bawah air dan navigasi.Penemuan diodadan trioda di tahun 1900an juga mendorong perkembangan USG. Paul Langevin dan Constantin Chilowsky dari Perancis mengembangkan sebuah perangkat suara frekuensi tinggi yang dihasilkan oleh USG.Lahirlah hidrofon,dengan menggunakan transduser dan menggunakan kristalkuarsa yang ditemukan oleh Curie bersaudara.

     Dr Ian Donald menyarankan agar sonar dapat digunakan untuk diagnosismedis.Praktik ini dimulai setelah USG digunakan secara terbatas setelah Perang Dunia II.Pada tanggal 21 Juli 1955, beliau mulai bekerja pada eksperimen yang melibatkan detektor logam cacat ultrasonic industri. USG kemudian dirasakan sangat berguna dalam mendeteksi dan membedakan fibroid,  tumor perut dan  kista.Dr Karl Theodore Dussik dari Austria menyelidiki USG transmisi di otak pada tahun 1942 dan menerbitkan beberapa karya ultrasonic medis. Dr Ian Donald bersama rekan lain dari Glasgow telah berjasa melakukan banyak hal dalam pengembangan aplikasi dan teknologi praktis. Karya-karya mereka telah menyebabkan penggunaan teknologi yang lebih luas dalam praktik medis ini.

    Lebih banyak lagi tersedia sistem yang lebih komersial, seperti gambargreyscale dan bistable.  Doppler USG juga dikembangkan dengan mengkombinasikan pindai Duplex dan pindai berwarna.  Bahkan sekarang aliran darah melalui pembuluh tubuh dapat dilihat.  Pencitraan 3D dan 4D juga sekarang tersedia, yang dimula dengan penciptaanmicrochip pada tahun 1970. Untuk mendapat gambar-gambar tersebut, operator USG tetap membuat gambar-gambar 2 dimensi kemudian memori potongan-potongan gambar tersebut direkonstruksi oleh komputer dan tampak dengan tampilan 3 dimensi di layar monitor.
  
    Ada beberapa jenis USG yang tersedia pada saat ini, dan penggunaan masing-masing USG tergantung pada kondisi pasien dan organ tubuh yang perlu diperiksa.Semua relatif aman, nyaman dan terjangkau untuk digunakan.Semuanya juga memiliki risiko yang sangat rendah dan tidak memerlukan persiapan apapun oleh pasien.Prosedurnya juga non-invasif dan tidak menimbulkan rasa sakit, sehingga seseorang dapat segera melanjutkan kegiatan normal setelah pemeriksaan.


Komponen utama dari pesawat USGmeliputi :


Transduser

Salah satu bagian dari alat USG adalah transduser.  Tranduser merupkan alat yang nantinya akan ditempelkan pada tubuh pasien.  Didalam alat ini terdapat material piezoelektrik yang mampu menghasilkan “piezoelektrik effect” yaitu bila diberikan energi listrik akan menimbulkan suatu getaran yang kemudian menghasilkan gelombang suara, begitu pula sebaliknya apabila ada gelombang suara yang dipantulkan oleh organ, maka piezoelektrik ini akan menangkap dan merubah menjadi sinyallistrik. Pulsa yang di pancarkan kemudian dipantulkan oleh organ dan ditangkap kembali oleh tranduser. Pulsa itu akan di ubah menjadi data digital dan diolah secara komputer sehingga menjadi sebuah gambar yang di tampilkan pada layar monitor.


Teknologi transduser digital sekiar tahun 1990an memungkinkan sinyal gelombang suara yang diterima menghasilkan tampilan gambar suatu jaringan tubuh dengan lebih jelas.Penemuan komputer pada pertengahan 1990 jelas sangat membantu teknologi ini.
Gelombang suara akan melalui proses sebagai berikut, pertama, gelombang akan diterima transduser. Kemudian gelombang tersebut diproses sedemikian rupa dalam komputer sehingga bentuk tampilan gambar akan terlihat pada layar monitor. Transduser yang digunakan terdiri dari transducer penghasil gambar 2 dimensi atau 3 dimensi. Hingga USG berkembang sedemikian rupa hingga saat ini.

Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari sistem alat USG dimana fungsinya untuk mengolah data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah pusar kontrol USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti CPU pada komputer. Dimana cara kerja USG merubah gelombang menjadi gambar.Mesinpada USG digunakan sebagai pengolah data.Sinyal suara yang diterima transduser akan dirubah menjadi sinyal listrik dan akan dikirim ke mesin.  Komputer merubah sinyal listrik menjadi data gambar dan merekonstruksi gambar.  Kemudian hasil olahan komputer akan di tampilkan pada monitor.Komputer terletak pada main unit.



Dalam peralatan USG, layarmonitor merupakan salah satu media output dari gambaran yang diperoleh yang diperoleh setelah sinyal listrik dari pengolahan komputer, dahulu layar monitor yang digunakan adalah jenis CRT dengan resolusi gambar yang baik. Namun dengan siring kemajuan teknologi, saat ini tersedia layar monitor berupa LCD maupun LED yang lebih simpel dan mempunyai banyak variasi warna.  Layar ini biasanya lebih datar dan tipis sehingga lebih praktis
 
Printer
Pada peralatan USG,  printer merupakan media output dari gambaran yang diperoleh dari pengolahan komputer, pada zaman dahulu piranti printer ditempati oleh foto Polaroid namun sekarang sudah diganti dengan film khusus, yaitu film termal. 


( Gambar 2.9  Printer USG, sumber: manual book sony printer )
Saat ini terdapat dua jenis printer yang digunakan yaitu printer berwarna dan printer hitam putih.  Printer warna akan lebih mahal dari printer hitam-putih.  Jika tidak ada printer USG, dapat juga digunakan printer lain seperti printer pada komputer pada umumnya, maupun printer foto.  Kekurangan jika menggunakan printer lain, gambar tidak sejelas printer khusus USG dan printer ini tergantung dari isi tinta di dalamnya.

Jenis – jenis mode dalam USG

1. A- mode  

Merupakan scan 1 dimensi , digunakan pada organ yang memiliki struktur anatomiyang tidak lengkap. Misalnya pada pengukuran detak jantung.



Tampilan gema suara di mana sumbu horizontal merupakan waktu yang dibutuhkan untuk kembalinya gema dan sumbu vertikal mewakili kekuatan gema.Mode ini digunakan dalam echoencephalograph

2. B- mode 
Berupa gambar 2 dimensi. Echo yang terdeteksi pada posisi berkas ditampilkan sebagai garis gelap terang.



Hasil gambar USG B-Mode,

Terang gelap pada gambar berhubungan dengan magnitude dari sinyal suara. Semakin kuat gelombang suara yang kembali maka semakin terang pula gambar yang ditampilkan.

3)   M- mode 
M-mode umumnya digunakan dalam pencitraan jantung atau yang sering disebutEkokardiogram.M-mode Ekokardiogramdiperoleh dengan gelombang suara tunggal ditransmisikan melalui jaringan jantung atau target, dan gambar yang dihasilkan ditampilkan dari waktu ke waktu.Ekokardiogram M-mode memiliki kedalaman pada sumbu Y dan waktu pada sumbu X. Hal ini dapat dikonseptualisasikan sebagai pandangan dari jantung yang ditampilkan dalam gerakan sepanjang waktu.


Hasil gambar USG B-Mode
Dalam pencitraanM-mode, lebar berkas USG diminimalkan, dan akuisisi frame rateumumnya meningkat mengakibatkan peningkatan resolusi spasial dan temporaldibandingkan dengan pencitraan2 dimensi. Informasi yang dapat diperoleh dariekokardiogram M-mode termasuk ketebalan dinding ventrikel kanan dan dimensi ruang pada berbagai titik waktu sepanjang siklus jantung, namun paling umum pada akhir sistol dan diastole.

Jumat, 28 Februari 2014

Sejarah Radiologi

Sejarah Radiologi

Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika di Universitas Wurzburg, Jerman, pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu dia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang berasal dari krostal barium platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf yang dialiri listrik. Ia segera menyadari bahwa fenomena ini merupakan suatu penemuan baru sehingga dengan gigih ia terus menerus melanjutkan penyelidikannya dalam minggu-minggu berikutnya. Tidak lama kemudian ditemukanlah sinar yang disebutnya sinar baru atau sinar X. Baru di kemudian hari orang menamakan sinar tersebut sinar Roentgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad Roentgen.


Penemuan Roentgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara-cara konvensional. Salah satu visualisasi hasil penemuan Roentgen adalah foto jari-jari tangan istrinya yang dibuat dengan mempergunakan kertas potret yang diletakkan di bawah tangan istrinya dan disinari dengan sinar baru itu.


Roentgen dalam penyelidikan selanjutnya segera menemukan hampir semua sifat sinar Roentgen, yaitu sifat-sifat fisika dan kimianya. Namun ada satu sifat yang tidak sampai diketahuinya, yaitu sifat biologik yang dapat merusak sel-sel hidup. Sifat yang ditemukan Roentgen antara lain bahwa sinar ini bergerak dalam garis lurus, tidak dipengaruhi oleh lapangan magnetic dan mempunyai daya tembus yang semakin kuat apabila tegangan listrik yang digunakan semakin tinggi, sedangkan di antara sifat-sifat lainnya adalah bahwa sinar ini menghitamkan kertas potret. Selain foto tangan istrinya, terdapat juga foto-foto pertama yang berhasil dibuat oleh Roentgen ialah benda-benda logam di dalam kotak kayu, diantaranya sebuah pistol dan kompas.
Setahun setelah Roentgen menemukan sinar-X, maka Henri Becquerel, di Perancis, pda tahun 1895 menemukan unsur uranium yang mempunyai sifat hampir sama. Penemuannya diumumkan dalam kongres Akademi Ilmu Pengetahuan Paris pada tahun itu juga. Tidak lama kemudian, Marie dan Piere Curie menemukan unsur thorium pada awal tahun 1896, sedangkan pada akhir tahun yang sama pasangan suami istri tersebut menemukan unsur ketiga yang dinamakan polonium sebagai penghormatan kepada negara asal mereka, Polandia. Tidak lama sesudah itu mereka menemukan unsur radium yang memancarkan radiasi kira-kira 2 juta kali lebih banyak dari uranium.
Baik Roentgen yang pada tahun-tahun setelah penemuannya mengumumkan segala yang diketahuinya tentang sinar X tanpa mencari keuntungan sedikitpun, maupun Marie dan Piere Curie yang juga melakukan hal yang sama, menerima hadiah Nobel. Roentgen menerima pada tahun 1901, sedangkan Marie dan Piere Curie pada tahun 1904. Pada tahun 1911, Marie sekali lagi menerima hadiah Nobel untuk penelitiannya di bidang kimia. Hal ini merupakan kejadian satu-satunya di mana seseorang mendapat hadiah Nobel dua kali. Setelah itu, anak Marie dan Piere Curie yang bernama Irene Curie juga mendapat hadiah Nobel dibidang penelitian kimia bersama dengan suaminya, Joliot pada tahun 1931.
Sebagaimana biasanya sering terjadi pada penemuan-penemuan baru, tidak semua orang menyambutnya dengan tanggapan yang baik. Ada saja yang tidak senang, malahan menunjukkan reaksi negative secara berlebihan. Suatu surat kabar malamdi London bahkan mengatakan bahwa sinar baru itu yang memungkinkan orang dapat melihat tulang-tulang orang lain seakan-akan ditelanjangi sebagai suatu hal yang tidak sopan. Oleh karena itu, Koran tersebut menyerukan kepada semua Negara yyang beradab agar membakar semua karya Roentgen dan menghukum mati penemunya.
Suatu perusahaan lain di London mengiklankan penjualan celana dan rok yang tahan sinar-X, sedangkan di New Jersey, Amerika Serikat, diadakan suatu ketentuan hokum yang melarang pemakaian sinar-X pada kacamata opera. Untunglah suara-suara negatif ini segera hanyut dalam limpahan pujian pada penemu sinar ini, yang kemudian ternyata benar-benar merupakan suatu revolusi dalam ilmu kedokteran.
Seperti dikatakan di atas, Roentgen menemukan hampir semua sifat fisika dan kimia sinar yang diketahuinya, namun yang belum diketahui adalah sifat biologiknya. Sidat ini baru diketahui beberapa tahun kemudian sewaktu terlihat bahwa kulit bias menjadi berwarna akibat penyinaran Roentgen. Mulai saat itu, banyak sarjana yang menaruh harapan bahwa sinar ini juga dapat digunakan untuk pengobatan. Namun pada waktu itu belum sampai terpikirkan bahwa sinar ini dapat membahayakan dan merusak sel hidup manusia. Tetapi lama kelamaan yaitu dalam dasawarsa pertama dan kedua abad ke-20, ternyata banyak pionir pemakai sinar Roentgen yang menjadi korban sinar ini.
Kelainan biologik yang diakibatkan oleh Roentgen adalah berupa kerusakan pada sel-sel hidup yang dalam tingkat dirinya hanya sekedar perubahan warna sampai penghitam kulit, bahkan sampai merontokkan rambut. Dosis sinar yang lebih tinggi lagi dapat mengakibatkan lecet kulit sampai nekrosis, bahkan bila penyinaran masih saja dilanjutkan nekrosis itu dapat menjelma menjadi tumor kulit ganas atau kanker kulit.
Selama dasawarsa pertama dan kedua abad ini, barulah diketahui bahwa puluhan ahli radiologi menjadi korban sinar Roentgen ini. Nama-nama korban itu tercantum dalam buku yang diterbitkan pada waktu kongres Internasional Radiologi tahun 1959 di MunichDas Ehrenbuch der Roentgenologen und Radiologen aller Nationen.
Salah seorang korban diantara korban sinar Roentgen ini ialah dr.Max Hermann Knoch, seorang Belanda kelahiran Paramaribo yang bekerja sebagai ahli radiologi di Indonesia. Beliau adalah dokter tentara di Jakarta yang pertama kali menggunakan alat Roentgen maka ia bekerja tanpa menggunakan proteksi terhadap radiasi, seperti yang baru diadakan pada tahun lima puluhan. Misalnya pada waktu ia membuat foto seorang penderita patah tulang, anggota tubuh dan tangannya pun ikut terkena sinar, sehingga pada tahun 1904, dr.Knoch telah menderita kelainan-kelainan yang cukup berat, seperti luka yang tak kunjung sembuh pada kedua belah tangannya. Pada tahun 1905 beliau dikirim kembali ke Eropa untuk mengobati penyakitnya ini, namun pada tahun 1908 kembali lagi ke Indonesia dan bekerja sebagai ahli radiologi di RS.Tentara, Surabaya, sampai tahun 1917. Pada tahun 1924 ia dipindahkan ke Jakarta, dan bekerja di rumah sakit Fakultas Kedokteran sampai akhir hayatnya. Akhirnya hamper seluruh lengan kiri dan kanannya menjadi rusak oleh penyakit yang tak sembuh yaitu nekrosis, bahkan belakangan ternyata menjelma menjadi kanker kulit. Beliau sampai di amputasi salah satu lengannya, tetapi itupun tidak berhasil menyelamatkan jiwanya. Pada tahun 1928, dr.Knoch meninggal dunia setelah menderita metastasis luas di paru-parunya.
Setelah diketahui bahwa sinar Roentgen dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan yang dapat berlanjut sampai berupa kanker kulit bahka leukemia, maka mulailah diambil tindakan-tindakan untuk mencegah kerusakan tersebut. Pada kongres Internasional Radiologi di Kopenhagen tahun 1953 dibentuk The International Committee on Radiation Protection, yang menetapkan peraturan-peraturan lengkap untuk proteksi radiasi sehingga diharapkan selama seseorang mengindahkan semua petunjuk tersebut, maka tidak perlu khawatir akan bahaya sinar Roentgen.
Diantara petunjuk-petunjuk proteksi terhadap radiasi sinar Roentgen tersebut adalah: menjauhkan diri dari sumber sinar, menggunakan alat-alat proteksi bila harus berdekatan dengan sinar seperti sarung tangan, rok, jas, kursi fluoroskopi, berlapis timah hitam (Pb) dan mengadakan pengecekan berkala dengan memakai film-badge dan pemeriksaan darah, khususnya jumlah sel darah putih (leukosit).
Di Indonesia penggunaan sinar Roentgen cukup lama. Menurut laporan, alat Roentgen sudah digunakan sejak tahun 1898 oleh tentara kolonial Belanda dalam perang di Aceh dan Lombok. Selanjutnya pada awal abad ke-20 ini, sinar Roentgen terutama digunakan di Rumah sakit Militer dan rumah sakit pendidikan dokter di Jakarta danSurabaya. Ahli radiologi Belanda yang bekerja pada Fakultas Kedokteran di Jakarta pada tahun-tahun sebelum perang dunia ke II adalah Prof.B.J. Van der Plaats yang jugatelah memulai melakukan radioterapi disamping radiodiagnostik.
Orang Indonesia yang telah menggunakan sinar Roentgen pada awal abad ini adalah R.M. Notokworo yang lulus dokter di UniversitasLeiden, Belanda, pada tahun 1912. Beliau mula-mula bekerja diSemarang, lalu pada permulaan masa pendudukan Jepang dipindahkan ke Surabaya. Pada tahun 1944 ia meninggal secara misterius, dibunuh oleh tentara Jepang.
Pada tahun yang sama dengan penemuan sinar Roentgen, lahirlah seorang bayi di pulau Rote, NTT, yang bernama Wilhelmus Zacharias Johannes, yang dikemudian hari berkecimpung di bidang radiologi.
Pada akhir tahun dua puluhan waktu berkedudukan di kotaPalembang, dr. Johannes jatuh sakit cukup berat sehingga dianggap perlu dirawat untuk waktu yang cukup lama di rumah sakit CBZJakarta. Penyakit yang diderita ialah nyeri pada lutut kanan yang akhirnya menjadi kaku (ankilosis). Selama berobat di CBZ Jakarta, beliau sering diperiksa dengan sinar Roentgen dan inilah saat permulaan beliau tertarik dengan radiologi. Johannes mendapat brevet ahli radiologi dari Prof. Van der Plaats pada tahun 1939. Beliau dikukuhkan sebagai guru besar pertama dalam bidang radiologi Fakultas Kedokteran UI pada tahun 1946.
Pada tahun 1952 Johannes diberi tugas untuk mempelajari perkembangan-perkembangan ilmu radiologi selama beberapa bulan di Eropa. Beliau berangkat dengan kapal Oranje dari Tanjung Priok. Pada saat keberangkatan, beberapa anggota staf bagian radiologi, yaitu dr. Sjahriar RasadNy. Sri Handoyo dan Aris Hutahuruk alm. turut mengantar beliau. Prof. Johannes meninggal dunia dalam melakukan tugasnya di Eropa pada bulan September 1952. selain menunjukkan gejala serangan jantung, beliau juga menderita Herpes Zoster pada matanya, suatu penyakit yang sangat berbahaya.
Dalam usaha untuk menempatkan nama beliau sebagai tokoh radiologi kaliber dunia, maka pada kongres radiologi internasional tahun 1959 di Munich, delegasi Indonesia di bawah pimpinan Prof.Sjahriar Rasad berhasil menempatkan foto beliau di antara Martyrs of Radiology yang ditempatkan di suatu ruangan khusus kongres tersebut. Tahun 1968 beliau dianugerahkan gelar Pahlawan Kemerdekaan oleh Pemerintah, walaupun telah wafat. Dan pada tahun 1978 jenazah almarhum dipindahkan ke Taman Pahlawan Kalibata.
Almarhum tidak saja dianggap sebagai Bapak Radiologi bagi para ahli radiologi, melainkan juga oleh semua orang yang berkecimpung dalam radiologi termasuk radiographer. Beliau juga adalah Bapak Radiologi dalam bidang pendidikan dan keorganisasian. Beliaulah yang mengambil prakarsa untuk mendirikan Sekolah Asisten Roentgen pada tahun 1952, dan beliaulah yang mulai mendirikan organisasi yang mendahului Ikatan Ahli Radiologi Indonesia (IKARI) yaitu seksi radiologi IDI pada tahun 1952.
Pada tahun 1952 segelintir ahli radiologi yang bekerja di RSUP yaitu G.A.Siwabessy, Sjahriar Rasad, dan Liem Tok Djien, mendirikan Sekolah Asisten Roentgen karena dirasakan sangat perlunya tenaga asisten Roentgen yang berpendidikan baik.
Pada tahun 1970 Sekolah Asisten Roentgen yang dahulunya menerima murid lulusan SMP ditingkatkan menjadi Akademi Penata Roentgen (APRO) yang menerima siswa lulusan SMA.
Dengan semakin banyaknya jumlah asisten Roentgen yang berpengalaman, bahkan beberapa diantaranya mendapat pendidikan tambahan di luar negeri, maka pelajaran-pelajaran di APRO sebagian besar sudah dapat diberikan oleh para asisten Roentgen dan hanya Direktur sajalah yang berpangkat ahli radiologi karena merupakan syarat bagi suatu akademi. Para ahli radiologi sangat berkepentingan dalam perkembangan dan peningkatan mutu para asisten Roentgen, yang sekarang nama resminya menjadi Radiografer.

Mengetahui Versi Microsoft .NET Framework di komputer

Ketika menginstall software atau program tertentu, saat ini tidak jarang diperlukan Microsoft .NET Framework versi tertentu, misalnya .NET 2.0, 3.0, 3.5 dan lainnya. Apa sebenarnya Microsoft .NET Framework dan bagaimana mengetahui apakah di komputer sudah terinstall .NET ini + versinya ?
Berikut beberapa cara untuk mengetahui versi Microsoft .NET framework yang terinstall di komputer.

Apa itu Microsoft .NET Framework

Secara singkat Microsoft .NET Framework merupakan komponen yang dapat ditambahkan di sistem operasi windows, yang menyertakan berbagai kerangka solusi-solusi program. Para programmer atau pembuat software bisa menggunakan berbagai kerangka yang ada di .NET Framework ini didalam software-nya.
Sejak Windows server 2003, Microsoft .NET Framework sudah disertakan di dalam windows. Termasuk Windows Vista ( versi 3.0) dan Windows 7 (Versi 3.5). Untuk Versi dibawahnya, seperti Windows XP, maka pengguna harus menginstall sendiri Microsoft .NET Framework ini. Selengkapnya bisa melihat deskripsi di wikipedia tentang .NET Framework (versi Indonesia).
Sebelumnya, saya pernah mengulas beberapa software yang agar bisa berjalan memerlukan .NET Framework, misalnya Paint.NET dan RegToy Registry Tweak.

Cara Mengetahui Versi .NET Framework

Ada banyak cara untuk mengetahui versi berapa .net framework yang terinstall di komputer kita. Silahkan coba salah satu atau beberapa cara berikut :
Dengan Internet Explorer
Setiap windows yang sudah di install biasanya sudah menyertakan web browser Internet Explorer. Untuk mengetest versi berapa .net framework, jalankan IE, kemudian copy paste kode javascript ini di alamat URL IE javascript:alert(navigator.userAgent), akan muncul window seperti berikut :
Tampilan di atas menunjukkan versi IE yang digunakan ( MSIE 8.0), kemudian .NET yang terinstall adalah versi 2.0, 3.0 dan 3.5 )
Melalui Control Panel
Buka Control Panel > Add/Remove Programs. Disana akan tampil software-software atau program yang sudah kita install di windows. Termasuk juga .net framework. Geser saja dan lihat daftar yang diawali dengan huruf M. Jika sudah terinstall di komputer, maka akan tampil daftarnya, misalnya seperti berikut :
Terlihat bahwa .NET Framework versi 2.0, 3.0 dan 3.5 sudah terinstall di komputer.
Melalui Registry Windows
Bagi yang sudah terbiasa utak-atik atau membuka Registry Windows, versi .NET framework juga bisa diketahui melalui Registry. Buka saja key iniHKEY_LOCAL_MACHINE\SOFTWARE\Microsoft\NET Framework Setup\
Jika sudah terinstall, akan tampil versi berapa saja dengan informasi tambahan seperti lokasi installasi dan lainnya.
Dengan Software
Bagi yang ingin menggunakan software, salah satunya bisa menggunakan software asoft .NET Framework Detector. Download program kecil + portabel ini dari download link asoft.de ( 349 KB). Setelah selesai jalankan, maka akan tampil seperti berikut :
Angka merah menunjukkan versi .NET belum terinstall di komputer, sedangkan warna hijau menunjukan sudah di install.

Kamis, 27 Februari 2014

Modalitas pencitraan radiologi diagnostik

Modalitas pencitraan radiologi diagnostik

Modalitas pencitraan radiologi diagnostik


1. Radiografi
2. Fluoroskopi
3. Digital radiologi
4. CT (Computed Tomography)
5. Kedokteran Nuklir dan PET (Positron Emission Tomography)
6. MRI (Magnetic Resonance )
7. USG (ultrasonography)


Radiografi
Secara skematis, proses radiografi dapat dilihat dengan jelas dalam gambar, .
Berkas sinar X setelah melewati obyek akan sampai ke detector film. Citra pada film terbentuk karena adanya perbedaan atenuasi antara obyek satu dengan obyek yang lain. Grid digunakan untuk menyerap radiasi hambur yang akan mengaburkan citra. Film dengan resolusi tinggi dipakai agar mampu untuk menghasilkan citra struktur halus. 


Fluoroskopi
Fluoroskopi digunakan untuk observasi obyek dalam tubuh real time, sehingga dapat mengamati gerakan berbagai organ. Untuk fluoroskopi digunakan tabung intensifikasi pencitraan (image intensifyer, II), yang memiliki komponen detector layar fluoresensi. Pada mulanya citra yang dibentuk oleh layar fluoresensi dilihat langsung oleh pengamat (dokter). Dengan kemajuan ilmu dan teknologi, citra yang dihasilkan oleh layar fluoresensi ditangkap oleh system kamera yang langsung dihubungkan dengan TV, dan/atau oleh system video. Selain itu dapat pula hasil citra di ubah menjadi sampel digit yang kemudian diteruskan ke computer. Dengan demikian citra yang ditayangkan TV adalah hasil rekonstruksi computer. 


Digital radiologi
Komputer berkontribusi besar dalam kemajuan pencitraan radiologi diagnostik. Hampir semua modalitas diagnostik memanfaatkan komputer, diantaranya Kedokteran Nuklir (SPECT, PET), USG, MRI, CT, dan juga saat ini radiografi (CR dan DR). Oleh komputer citra dinyatakan dalam bentuk matriks piksel (citra 2 dimensi, 2D) dan voxel (untuk citra 3 dimensi, 3D). Nilai pada piksel menjadi representasi tingkat keabuan atau warna citra. Untuk radiografi, citra dapat berukuran 1024 x 1024 piksel, sedangkan untuk CT dan MRI dapat sekitar 512 x 512 piksel. Dengan citra digital, memungkinkan dibentuk suatu jaringan yang memudahkan komunikasi data medis, yang dikenal sebagai PACS (picture archiving communication systems). 
Angiografi konvensional dilakukan untuk memandu pemasukan kateter percutaneously ke dalam arteri femoral menuju aorta dan ke dalam carotid, sampai dengan daerah yang dimaksud. Untuk kontras media digunakan yodium (iodine). Hasilnya citra fluoroskopi yang sering diikuti pula dengan citra video, ataupun seri film radiografi yang dibuat secara cepat. Subtraksi citra sesudah pasien diberi kontras dengan citra sebelum diberi kontras akan menghasilkan citra subtraksi yang memperjelas detail citra yang dimaksud. 

Dalam digital subtraction angiography, pemeriksaan diawali dengan membuat citra fluoroskopi digital pada daerah yang dimaksud, kemudian disimpan dalam komputer. Kontras media kemudian disuntikkan, dan dibuat citra kedua yang selanjutnya melalui program komputer disubstraksi dengan citra pertama. 


CT (computed tomography)
Radiografi konvensional menghasilkan citra 2 dimensi, dan tidak dapat dihindarkan seringkali citra organ satu saling tumpang tindih dengan citra organ lain. Dengan adanya komputer, dapat dibuat citra anatomi irisan tubuh dengan modalitas CT. Pengambilan citra dari berbagai arah, yang hasilnya disimpan dalam komputer (sekitar 1000 citra). Selanjutnya berdasarkan data tersebut direkonstruksi citra penampang lintang tubuh 2 dimensi. Dengan menggabungkan citra irisan yang saling berdekatan, citra tubuh 3 dimensi dapat dibentuk. 


Kedokteran Nuklir
Dalam kedokteran nuklir pemeriksaan menggunakan radiofarmaka yang memiliki 2 karakteristik esensial. Pertama material terkonsentrasi dalam daerah tertentu dalam tubuh, dalam organ ataupun dalam jaringan yang dimaksud. Kedua, material harus pemancar radiasi gamma, agar citra organ ataupun jaringan yang dimaksud dapat dideteksi dari luar tubuh. 


Tujuan radioterapi

Tujuan terapi cancer, menghilangkan atau mematikan sel cancer dan menunda proliferasi lebih lanjut.
Terapi utama :
• bedah, membuang bagian terbesar tumor
• obat, membunuh dan menghalangi proliferasi sel cancer
• immunoterapi, menaikkan pertahanan tubuh
• radiasi pengion, membunuh sel cancer

Semua sel hidup dapat dibunuh oleh radiasi pengion, namun dosis yang diperlukan untuk membunuh sel sangat bervariasi (sel mempunyai radiosensitivitas berbeda-beda). Masalah utama, sel tumor tidak terisolasi dari sel jaringan normal.
• Tumor terletak pada jaringan yang harus masih berfungsi setelah radioterapi
• Tumor dalam jaringan yang harus masih berfungsi setelah radioterapi
• Tumor menyebar dan infiltrasi dalam jaringan lain

Tumor diradiasi, jaringan sehat ikut terradiasi dengan dosis tinggi. Pembunuhan sel oleh radiasi tergantung pada kemungkinan terjadi interaksi sel dengan radiasi (sifat alami, stochastic). Efek radiasi pada sejumlah sel (organ, massa tumor) mempunyai dosis ambang (tidak ada efek klinis untuk dosis di bawah dosis ambang, efek deterministik).
Tanggapan tumor dan jaringan normal terhadap dosis (contoh, kedua kurva terpisah). D0 merupakan dosis perlakuan yang dinginkan. Perhatikan perubahan tanggapan akibat perubahan dosis yang kecil. 

Keberhasilan radioterapi bila kedua kurva terpisah lebar.
Optimasi, dosis tinggi pada tumor dan dosis rendah pada jaringan sehat, tidak mungkin dicapai bila tumor sudah infiltrasi ke jaringan sehat. Kurva tanggapan juga tergantung pada waktu keseluruhan penyinaran dan fraksinasi.


Metoda radioterapi

1. Radioterapi eksternal (teleterapi), sumber radiasi di luar tubuh pasien (sinar X, radiasi gamma, elektron, proton, neutron, dan partikel lain)
2. Brakhiterapi, sumber tertutup, sumber radiasi diletakkan dalam volume tumor. Dosis tinggi pada tumor, memperkecil dosis jaringan sehat di sekelilingnya.
3. Radioterapi internal, sumber radiasi terbuka dimasukkan ke dalam tubuh

Dalam 20 th terakhir, komputer sangat berpengaruh dalam praktek radioterapi. Kalkulasi komputer lebih cepat dan teliti dibanding dengan tangan, kemudian berkembang untuk optimasi pemberian dosis


Pesawat terapi eksternal

Kilovoltage units

• Terapi kontak (40 - 50 kV, 2 - 5 mA). 
SSD (source skin distance) pendek, sekitar 2 - 5 cm, filtrasi 0.5 - 1.0 mm Al untuk memperoleh kualitas sinar X sekitar 0.6 mm Al.

• Terapi superfisial (50 - 150 kV, 5 - 10 mA). Tambahan filtrasi 1 mm Al, 1 mm Al + 0.25 mm Cu, menghasilkan sinar X dengan kualitas 1.0 - 8.0 mm Al. Pada umumnya perlakuan terapi menggunakan SSD 15 - 20 cm.

• Orthovoltage, deep therapy (150 - 500 kV). Umumnya pesawat orthovoltage beroperasi dengan kondisi 200 - 300 kV, 10 - 20 mA, untuk memperoleh sinar X dengan kualitas 1 - 4 mm Cu (filter tambahan Thoreaus yang merupakan susunan dari Sn, Cu, dan Al dengan Z yang tinggi dekat dengan target sinar X). Penyearah sinar X berbentuk kerucut dengan SSD biasanya 50 cm.

• Teleterapi Co 60
Radiasi gamma dari sumber Co 60 mempunyai energi 1.33 dan 1.17 MeV (rata-rata 1.25 MeV). Pada umumnya isosenter pesawat Co 60 menggunakan SAD 80 cm. Ukuran sumber 1.5 dan 2.0 cm, aktivitas sekitar 6000 - 7000 Ci, memberikan dosis 1.5 sampai 2.0 Gy/menit bila sumber masih baru. Penggunaan lapangan maksimum sekitar 40 x 40 cm2 pada jarak perlakuan 80 cm, d1/2 sekitar 10 cm dalam jaringan.

• Terapi megavoltage, untuk terapi tumor dengan kedalaman tinggi. Pesawat lama, Van de Graaf generator, betatron. Pesawat modern linac (linear accelerator. 

Linac (sinar X, elektron) menggunakan frekuensi tinggi gelombang elektromagnet untuk mempercepat elektron. Elektron energi tinggi yang dihasilkan dapat digunakan untuk terapi tumor dekat permukaan, atau dikenakan target untuk menghasilkan sinar X energi tinggi yang digunakan untuk terapi tumor pada kedalaman tinggi.

Elektron yang dihasilkan oleh pemercepat merupakan berkas pensil (2 - 3 cm diameter). Untuk tujuan terapi lapangan radiasi elektron diperluas dengan cara melewatkan berkas elektron pada lapisan penghambur. Untuk memproduksi sinar X energi tinggi, berkas elektron ditumbukkan target. Sinar X yang dihasilkan dilewatkan pada “flattening filter” agar profil sinat X rata.
CT scanner dan CT simulator

CT simulator, gantri dapat berotasi, pada mulanya gambar yang dihasilkan tidak setajam CT diagnostik. CT simulator mutakhir menghasilkan citra hampir seperti hasil untuk diagnostik. Geometri CT simulator lebih leluasa dapat disesuaikan dengan perencanaan terapi, namun kecepatan scan lebih lambat, belum memadai untuk perencanaan 3 dimensi.
CT simulator diintegrasikan dengan CT scanner khusus untuk perencanaan terapi (3 dimensi, volumetrik), rekonstruksi radiografi secara digital dapat dilakukan.